Mengurangi Masalah Sampah Pendakian di Gunung Rinjani
Gunung Rinjani di Lombok, Nusa Tenggara Barat, jadi keliru satu gunung favorit para pendaki di Indonesia dikarenakan dikenal bersama dengan pemandangannya yang menakjubkan. Gunung Rinjani pun merupakan gunung berapi ke dua tertinggi di Indonesia bersama dengan ketinggian 3.726 mdpl dan jadi bagian dari Taman Nasional Gunung Rinjani.
Sebagai keliru satu kawasan geopark dunia, Gunung Rinjani, Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat punyai daya tarik bagi siapapun yang merasa dirinya sebagai pecinta alam dan keindahan.
Pada tahun 2016 Gunung Rinjani didaki lebih dari 90 ribu orang, jumlah ini jauh melebihi populasi masyarakat Kecamatan Sembalun yang cuma 19 ribu orang. Namun sayangnya perihal selanjutnya justru mengundang masalah, dikarenakan sampah yang dihasilkan dari kesibukan pedakian mencapai 13 ton dan tidak terkelola bersama dengan baik.
Menyikapi perihal tersebut, pemuda Indonesia dan Australia berkolaborasi untuk melaksanakan sebuah gerakan yang bernama Baraka Nusantara. Gerakan selanjutnya sejak tahun selanjutnya menginisiasi program pengelolaan sampah di lokasi kaki Gunung Rinjani riauchannel. Program selanjutnya diberi nama Sangkabira Waste Management.
Sektor pariwisata memang terkesan menjanjikan keuntungan ekonomi bagi masyarakat lokal, namun di segi lain, pariwisata terhitung punyai segi negatif yang mengundang kasus sosial yaitu sampah yang mengakibatkan kerusakan lingkungan, seperti yang dikutip dari beragam sumber.
Tidak cuma sampah dari pendakian, situasi di Kecamatan Sembalun diperparah bersama dengan tidak ada daerah pembuangan sampah sementara agar sampah tempat tinggal tangga dan sampah pertanian seringkali dibuang di sungai dan hutan, atau dibakar.
Siti melanjutkan, program Sangkabira Waste Management memfokuskan terhadap dua kegiatan, yaitu daur ulang sampah plastik dan pengolahan sampah pertanian jadi sarana tanam untuk budi daya jamur.
“Pelatihan pengolahan sampah pertanian jadi budi daya jamur tiram sudah digelar terhadap 13 April selanjutnya bersama dengan menggandeng group Myotech asal Bandung sebagai mitra. Pelatihan selanjutnya diikuti oleh 20 orang peserta murid,” ujar Siti.
“Diharapkan masyarakat yang berpartisipasi di dalam program ini akan lebih banyak, dikarenakan program ini punyai efek penurunan jumlah sampah, lingkungan lebih bersih, membekali pelajar dan pemuda untuk punyai kewirausahaan sosial. Karena dana yang dihasilkan dari product sampah selanjutnya lebih dari satu dialokasikan untuk mendukung pendidikan di Kecamatan Sembalun.”
Menurutnya dari pelatihan ini lahir lebih dari satu group petani jamur muda, yang sudah sukses produksi jamur tiram dan sudah diperjualbelikan ke masyarakat.
Kegiatan budidaya di Kecamatan Sembalun ini apalagi menghasilkan varietas jamur unik, yaitu jamur tiram merah muda. Padahal jamur yang disemai di dalam “baglog” adalah jamur tiram putih, dan jamur tiram cokelat.